Sabtu, 27 Juli 2013

Beranda » » Riset Angin, Petir dan Gempa Monumen GWK  

Riset Angin, Petir dan Gempa Monumen GWK  

TEMPO.CO, Jakarta - Dalam membuat Monumen GWK, seniman patung Nyoman Nuarta melakukan riset dari sisi ketahanan gempa, petir, suhu panas dan keamanan dari terpaan angin. "Untuk proyek ini tidak bisa main-main. Saya undang ahli-ahlinya untuk menghitung," katanya.

Bahan patung terbuat dari campuran tembaga dan baja bobot 4 ribu ton dengan tinggi 75 meter dan lebar 60 meter. Struktur patung dibangun dari stainless steel sehingga memiliki daya tahan terhadap kekuatan gempa berskala 7,5 SR.

Ke depan, proyeksi patung mengikat tata ruang dengan jarak pandang hingga 20 kilometer, terlihat dari Pantai Kuta, Sanur, Nusa Dua dan Tanah Lot.

Nuarta mengatakan, patung setinggi 226 meter di atas permukaan laut ini anti sambaran petir. Patung ini diselimuti tembaga murni yang menjadi pengantar listrik. Namun, karena luasnya sampai 22 ribu meter persegi, energi listrik pun terurai menjadi kecil.

"Patung ini sudah jadi penangkal petir. Kita menambahkan sambungan ke tanah jadi sambaran menjadi kecil," kata saat melihat para pekerjanya, di workshop studio Nyoman Nuarta, Setraduta Raya, Sarijadi, Bandung.

Mengapa ada kekhawatiran soal petir? Sebab, menurut dia, bagian bawah GWK dibuat tempat kunjungan dengan kapasitas ratusan orang. Dalam sehari kawasan budaya ini didatangi sampai 3 ribu orang wisatawan.

Tentang masalah panas di dalam ruangan GWK mencapai 60 derajat Celsius, Nuarta mengantisipasi dengan penggunaan termal insulator untuk mengurangi panas. "Bisa turun sampai 23 derajat Celsius," katanya.

Patung ini juga sudah menjalani tes kajian ketahanan terhadap terpaan angin di terowongan angin Melbourne (Australia) dan nanti menjalani uji tes wind tunnel ke Toronto (Kanada).

»Ini bangunan statik, angin pasti menghantam dari segala arah," katanya. Hasil kajian di Australia itu, ada modifikasi GWK dari rancangan pertama. Yakni, ada penambahan ketebalan lembar tembaga sampai 1 meter, terutama pada ekor dan sayap burung garuda yang rentan terpaan angin.

Detilnya lagi, ia dan tim mengganti fondasi rangka tengah beton dengan baja untuk mengurangi beban menumpuk di atas patung dan menghindari terpaan angin. Baja dinilai lebih dinamis. »Menara Eiffel di Paris juga kerap goyang saat diterpa angin," kata Nuarta.

EVIETA FADJAR

Source : http://id.berita.yahoo.com/riset-angin-petir-dan-gempa-monumen-gwk-084018915.html