Selasa, 19 November 2013

Beranda » » Arsitek Indonesia Akan Unjuk Kebolehan di Venesia

Arsitek Indonesia Akan Unjuk Kebolehan di Venesia

TEMPO.CO, Jakarta - Venice Biennale of Architecture tahun depan bakal menjadi ajang unjuk gigi bagi Indonesia. Undangan untuk bergabung dalam pameran bergengsi itu telah dijawab "iya" oleh Ikatan Arsitek Indonesia serta Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Komisioner yang terdiri atas kalangan praktisi dan pemerintah telah terbentuk dan berjumlah lima orang. Tim kurator pun, salah satunya Avianti Armand, sudah bekerja.

Kalau rencana ini berjalan mulus, pavilion Indonesia bakal menampilkan tema "Ketukangan: Kesadaran Material Bawah Sadar Arsitektural". Ketukangan atau kepandaian bertukang, menurut Avianti, berbeda dengan keterampilan mengukir atau memahat. "Ini bakal menjadi cerita pengalaman Indonesia dalam mendirikan bangunan selama 100 tahun terakhir," katanya.

Angka 100 tahun menjadi penting karena Direktur Venice Biennale of Architecture, Rem Koolhaas, telah menetapkan tema umumnya, yaitu "Fundamental-Absorbing Modernity: 1914-2014". Semua presentasi yang ada dalam paviliun setiap negara yang mengikuti pameran ini bakal berupa video. Tim kurator Indonesia—selain Avianti, ada Achmad Tardiyana, Setiadi Sopandi, David Hutama, dan Robin Hartanto—akan memproyeksikan video itu ke dalam kaca tembus pandang.

"Kaca yang kami pakai sangat khusus," ujar Avianti. "Materialnya bisa menghentikan sinar proyektor sehingga tidak sampai menembus bidang di belakang kaca." Isi video ini tentu yang bakal menarik pengunjung. Jangan bayangkan akan melihat tukang atau kuli bangunan yang bekerja membuat bangunan. Contoh ketukangan yang sangat Indonesia adalah ketika Keraton Yogyakarta memakai tulangan besi untuk pilar pendopo luar. Gara-gara ingin terlihat modern, pilar-pilar itu justru tidak terlihat proporsional. "Kurus-kurus, tapi menyangga atap yang besar," katanya.

Lalu, ada pula soal struktur Gedung Aula Barat Institut Teknologi Bandung. Bangunan rancangan Maclaine Pont ini memakai kayu lapis untuk struktur atap yang bergaya campuran rumah tradisional Jawa Barat dan Sumatera Barat. Kayu lapisnya direkat dan dijepit membentuk struktur hingga ada yang membusur. Kalau zaman sekarang, material ini seperti kayu tripleks yang ditumpuk-tumpuk dan direkatkan. Terdengar ringkih, tapi terbukti awet hingga hampir seabad.

Yang juga menarik adalah soal tren hotel bergaya resor di Bali. Tak banyak orang tahu kalau kemunculan awalnya terjadi sekitar setengah abad silam. Ketika itu, pembuat film Wija Waworuntu hijrah dari Jakarta ke Bali. Di Sanur, ia membuat rumah yang besar untuk istri dan lima anak. Rumah inilah yang kemudian menjadi Hotel Tandjung Sari. Keindahan dan kenyamanan hotel ini memikat banyak turis, termasuk David Bowie, Mick Jagger, dan Yoko Ono. (Baca : Seni Rupa Kontemporer Indonesia Tampil di Vietnam)

Ini baru sebagian kecil dari temuan para kurator. Masih banyak lagi yang bakal tampil di ajang bergengsi di Italia itu. Avianti mengatakan, ketukangan turut menentukan bagaimana para arsitek merancang dan menghargai bangunan sekarang. Tukang tak hanya sebatas pada perajin atau kalangan profesional, tapi bisa juga tenaga kerja kasar, pengawas, dan mandor. Mereka inilah yang bekerja dengan sungguh-sungguh menghasilkan karya arsitektur yang baik dan tentunya awet hingga 1000 tahun bahkan lebih.

Kehadiran paviliun Indonesia yang pertama kali di Venice Biennale of Architecture bakal ditunggu-tunggu pengunjung, mungkin bahkan oleh sang direktur. Koolhaas, 68 tahun, memiliki ikatan kuat dengan Indonesia. Peraih Pritzker Price—salah satu penghargaan tertinggi arsitektur dunia—pada 2000 itu pernah menghabiskan masa kecil di Jakarta selama tiga tahun. Orang tuanya, yang berkewarganegaraan Belanda, adalah pendukung kemerdekaan republik ini. Ketika Indonesia merdeka, keluarga ini pindah ke Jakarta dan ayahnya membuat program kebudayaan antarnegara.

Tema, materi, dan persiapan sudah ada. Tinggal eksekusi yang masih jalan di tempat. Masalah anggaran yang dipangkas dari Kementerian, proposal untuk sponsor belum siap, dan tak adanya aturan tertulis soal tanggung jawab masing-masing pihak menjadi penghambat keberlangsungan acara. Meskipun acara berlangsung pertengahan tahun nanti, waktu persiapan sudah sangat sempit.

"Membuat video hingga menyunting bisa lebih dari tiga bulan," kata Avianti. "Belum lagi harus mengapalkan materi presentasi, termasuk kacanya, bisa dua bulan." Para kurator sepakat, kalau sampai 15 November tak kunjung mendapat kepastian dari kementerian dan Ikatan Arsitek Indonesia, hilanglah kesempatan emas ini.

SORTA TOBING

BeritaTerpopuler
Alyssa Soebandono - Dude Herlino, Semakin Dekat
Taylor Swift Cari Rumah Dekat Mantan Pacar
Oka Antara Kagumi Nia Dinata
Oka Antara, Semakin Mantap di Film Laga
Angelina Jolie Raih Penghargaan Kemanusiaan
Justin Bieber Galang Dana untuk Filipina

Source : http://www.tempo.co/read/news/2013/11/19/114530743/Arsitek-Indonesia-Akan-Unjuk-Kebolehan-di-Venesia