Minggu, 17 November 2013

Beranda » » Monita Tahalea Tampil Memukau di Ngayogjazz 2013

Monita Tahalea Tampil Memukau di Ngayogjazz 2013

TEMPO.CO, Yogyakarta - Penyanyi jazz Monita Tahalea tampil memukau di panggung Ngayogjazz 2013 di Desa Wisata Sidoakut, Dusun Jethak, Kelurahan Sidokarto, Kecamatan Godelan, Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu 16 November 2013. Ia menyanyi di panggung Guyub, nama satu dari lima panggung untuk Ngayogjazz. Monita berdandan anggun dengan gaun malam berwarna hijau.

Penonton menjejali panggung yang menempati halaman rumah penduduk ini. Panggung berlatar belakang kukusan yang disusun membentuk piramid terbalik. Susunan tampah sebaliknya, piramida. Ada juga susunan cething atau bakul tempat nasi terbuat dari anyaman bambu, yang juga tersusun piramida terbalik. Di belakang panggung, dan samping kiri panggung, ada kandang ayam.

Monita membawakan delapan lagu. Satu di antaranya berjudul Senja. Ia menggubah lagu ini ketika berada dalam macet Jakarta. Hujan melanda, dan taksi yang ia tumpangi hanya bisa merayap. "Lagu ini saya cipta di saat senja hujan Jakarta. Dan saat itu saya sedang galau," kata Monita.

Ia meruppakan pemenang keempat Indonesian Idol tahun 2005. Warna jazz pada vokal Monita sungguh kuat. Di tahun 2005, Monita membuat rekaman album Indonesian Idol Seri Cinta dengan menyanyikan lagu Keliru yang dipopulerkan Ruth Sahanaya.

Tembang Jawa Pangkur dan Dhandhanggulo membuka Ngayogjazz 2013. Sepuluh sinden perempuan dan 12 sinden laki-laki menembangkan lagu Jawa di tengah rintik gerimis tipis. "Gending Jawa untuk menarik minat anak muda terhadap tembang Jawa," kata koordinator Seni Panembromo Anggoro Kasih, Kelompok Seni Desa Wisata Sidoakur, DJoko Soedarjoto.

Tembang Jawa ini semacam rapal doa untuk memohon kelancaran acara. Menurut dia, penembang Jawa itu tergabung dalam kelompok seni macapat di desa itu. Selain melantunkan tembang Jawa, penduduk juga menampilkan kesenian tradisional jathilan.

Hujan mengguyur para penikmat jazz tidak lama setelah tembang Jawa dilantunkan. Mereka tetap antusias melihat pertunjukan. Mereka menggunakan mantel dan payung depan panggung utama bernama Sayuk Rukun. Ada pula yang berteduh di teras rumah penduduk.

Panggung utama berada di depan rumah joglo khas Jawa. Bagian belakang panggung berhiaskan tampah dan irig atau nyiru dari bambu yang dianyam. Pohon kelengkeng besar dan angsana memayungi panggung seluas sekitar 12 meter X 8 meter. Ada pula pepohonan jambu dersono, angsana, melinjo, sawo, dan rambutan yang mengitari panggung.

Panggung utama dikelilingi tembok setinggi satu meter. Orang-orangan sawah dengan sapu lidi dan sapu lantai terbalik terpajang di samping panggung, persis di tepi jalan.

Empat panggung lainnya, yakni panggung Wawuh, Guyub, Srawung, dan panggung tradisional. Pemusik keroncong, gejog lesung, dan jathilan tampil di panggung tradisional. Jarak panggung utama dengan yang lain sekitar setengah kilometer.

SHINTA MAHARANI

Source : http://www.tempo.co/read/news/2013/11/17/112530190/Monita-Tahalea-Tampil-Memukau-di-Ngayogjazz-2013