Slamet Raharjo membawakan puisi berjudul Ibunda karya Ws Rendra dalam acara Pentas Puisi Rendra di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Selasa (6/12). Tempo/ Agung Pambudhy
TEMPO.CO, Jakarta - Aktor senior Slamet Rahardjo menganggap tindak penyadapan oleh Australia terhadap sejumlah pejabat tinggi negara Indonesia sebagai hal yang tidak aneh. Dia menilai wajar apabila ada badan intelijen yang memata-matai pihak tertentu karena memang sudah tugas mereka.
"Buat saya itu adalah risiko dari teknologi. Risiko teknologi adalah siapa pun akan mudah untuk mengakses informasi dengan cara yang sangat mudah, itu pertama," kata Slamet di Gedung Film, Jakarta Selatan, Jumat, 22 November 2013. "Kedua, tugas mata-mata itu apa? Ya, memata-matai apa pun hingga hal kecil," kata pria kelahiran Serang, Benten, 21 Januari 1949, ini.
Bagi Slamet, penyadapan harusnya dijadikan pembelajaran, terutama bagi pemerintah, untuk memperbaiki sistem keamanan. Menurut dia, hal tersebut memang cukup sulit karena teknologi antisadap milik Indonesia masih memiliki kekurangan, sekalipun berasal dari luar negeri.
"Kita harus coba buat sistem komunikasi atau kode tertentu yang hanya dapat dipahami oleh kita untuk meminimalisasi penyadapan dari pihak luar," ujar Slamet.
Penyadapan Australia terhadap sejumlah pejabat Indonesia mulai terkuak setelah muncul pemberitaan oleh Guardian dan kelompok Fairfax Media yang melansir berita bahwa Australian Signal Directorate menyadap percakapan telepon SBY.
AISHA
Topik Terhangat
Penyadapan Australia | Vonis Baru Angelina | Adiguna Sutowo | Topan Haiyan | SBY Vs Jokowi
Berita Terkait
Sebulan Lebih Flo Tidak Ngantor
Vita KDI Dapat Mahar Rp 5 Miliar?
Addie MS: Kasus Kevin Rp 2,5 M Bermula dari Saya
Kenapa Aming Jarang Muncul di Televisi?
Isteri Bupati Tuding Pernikahan Vita KDI Tak Sah
Source : http://www.tempo.co/read/news/2013/11/23/219531818/Slamet-Rahardjo-Penyadapan-Itu-Risiko-Teknologi