TEMPO.CO, Yogyakarta - Waldjinah, 68 tahun, mengaku seperti kehilangan pegangan ketika satu per satu maestro pencipta lagu keroncong Tanah Air meninggal dunia.
Nenek tujuh cucu itu mengatakan, dirinya masih sulit menerima lagu baru untuk dinyanyikan dalam irama keroncong karena karakternya sangat berbeda. »Jelas saya tidak mungkin membawakan lagu dengan lirik yang vulgar, karena umur saya sudah segini," kata dia.
Waldjinah yang biasa membawakan lagu ciptaan maestro keroncong seperti Gesang, Andjar Any, dan Ismail Marzuki, mengatakan kepada Tempo, Rabu malam, 20 November 2013, di Yogyakarta, »Masak saya dikasih lagu yang liriknya ada 'penthil kecokot' (payudara tergigit), kan enggak masuk."
Penyanyi yang mulai menyanyi keroncong sejak umur 12 tahun itu menuturkan, dia merasa beruntung masih bisa mengalami dan membawakan lagu-lagu keroncong yang diciptakan tokoh semacam Gesang. »Saya seperti kehilangan ayah, masih suka terkenang," katanya.
Dia mengakui, lagu ciptaan para maestro semacam Gesang memang mempunyai cita rasa yang berbeda. »Ada kesederhanaan, tapi juga emosi yang mendalam. Itu yang membuat saya selalu bersemangat," kata dia. Dia memberi contoh, saat keplok, bisa sama dengan irama lagunya. »Jadi lagu yang dihasilkan bagus."
Meski berhenti menerima tawaran untuk menyanyikan lagu baru, bukan berarti Waldjinah berhenti berkarya. Penyanyi yang mengaku sudah membawakan 1.700 lagu sepanjang kariernya itu saat ini sedang menyiapkan album baru yang melibatkan pemusik asal Semarang, Jawa Tengah. "Semoga bulan depan selesai rekamannya," kata dia.
Dalam album itu, Waldjinah mengemas ulang lagu-lagu lamanya agar terasa lebih segar.
PRIBADI WICAKSONO
Source : http://id.berita.yahoo.com/waljinah-sulit-dendangkan-lagu-baru-102901729.html