Selasa, 11 Juni 2013

Beranda » » Jazz Gunung 2013, Menikmati Musik Di Atas Gunung

Jazz Gunung 2013, Menikmati Musik Di Atas Gunung

TEMPO.CO, Jakarta - Agenda tahunan Jazz Gunung kembali digelar di Java Banana Lodge Cafe dan Galeri, Desa Wonotoro, Kabupaten Probolinggo Jawa Timur,  pada 21 dan 22 Juni 2013. Pagelaran musik jazz sudah digelar kelima kalinya ini, di atas ketinggian 2000 meter dan berlatar pegunungan Bromo, Tengger, Semeru.

Sejak 2009, Jazz Gunung menarik minat pecinta musik dan alam Indonesia. Acara tahunan ini digagas oleh Sigit Pramono, bankir dan fotografer yang cinta Bromo dan musik jazz. Ia berkolaborasi dengan seniman serba bisa, Butet Kartaredjasa dan Djaduk Ferianto.  

Yang tampil pada hari pertama, Yovie Widianto Fusion, Balawan and Batuan Ethnic Fusion, Bandanaira Duo, Blambangan Art School Banyuwangi, Cantrek dan Sierra Soetedjo. Pada hari kedua akan tampil  Barry Likumahuwa Project, Rieka Roslan, Ring of Fire Project featuring Djaduk Ferianto, Idang Rasjidi & Jen Shyu,  Kelompok Musik Etnik Kramat Madura dan Tahez Komez.

Menurut Djaduk, ia akan berkolaborasi dengan pianis kenamaan Idang Rasjidi dan Jen Shyu. Shyu kelahiran Amerika Serikat berasal dari orang tua Taiwan dan Timor Leste. Ia memainkan banyak instrumen (salah satunya gitar dua senar Taiwan), menyanyi dan menari.

Shyu sudah melakukan perjalanan lintas negara ke Kuba, Brazil, Taiwan, Cina, Timor Leste dan Indonesia untuk melakukan penelitian musik dari program beasiswa Fulbright, Asian Cultural Council, Jerome Foundation, dan Bronx Council of the Arts. Kini, ia menetap  di Yogyakarta dan Solo untuk mempelajari sindhenan dan langendriyan sambil mengembangkan karya baru.

Sedangkan kelompok musik etnik Kramat Madura diakui Djaduk, cukup unik karena menggunakan instrumen musik dari barang bekas. Seperti, plat gamelan dari besi bekas, bedug dari tong bekas tempat udang dipakai para nelayan.

Jazz Gunung hadir sebagai salah satu alternatif identitas pesona Bromo. Pilihan kawasan Bromo karena memiliki aspek pariwisata, masuk tiga destinasi emas yakni, Borobudur, Bromo dan Bali.

Namun, Bromo masih dianggap sepi dan belum menjadi pilihan utama. Identitas Bromo melekat, matahari terbit. Para pelancong biasanya datang sore atau malam hari, bermalam untuk melihat matahari terbit dan meninggalkan Bromo pada pagi hari.

Situs Lonely Planet mengakui pesona utama Bromo mendunia adalah peristiwa matahari terbit. Ini menjadi wisata gunung terbaik ketiga di dunia, setelah gunung Olympus di Yunani dan gunung Elbrus di Rusia.

Tahun ini acara didukung oleh kementrian pariwisata dan ekonomi kreatif yang akan menjadikan sebagai program pariwisata nasional, mendongkrak potensi wisata di Jawa Timur.

»Kami menargetkan 400 ribu wisatawan akan mengunjungi Bromo pada tahun ini," kata menteri Mari Elka Pangestu yang bersama Presiden Direktur BCA, Jahya Setiaatmadja dan Sigit Pramono memberi keterangan pers Jazz Gunung 2013, di Hotel Indonesia Kempinski Jakarta pada 10 Juni 2013.

Jazz Gunung diharapkan akan memberi nilai ekonomi pada masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bromo, Tengger dan Semeru. Menurut Sigit, di Bromo hanya ada sekitar 200 kamar hotel untuk menginap, maka limpahan wisatawan itu banyak yang menyewa homestay milik warga setempat. "Tetesan ekonomi itu diharapkan akan sampai ke masyarakat di kawasan Bromo," kata Sigit.

EVIETA FADJAR

Source : http://id.berita.yahoo.com/jazz-gunung-2013-menikmati-musik-di-atas-gunung-140151019.html