Minggu, 25 Mei 2014

Beranda » » Perjalanan Gedung Arsip Nasional hingga Kini  

Perjalanan Gedung Arsip Nasional hingga Kini  

TEMPO.CO, Jakarta - Gedung Arsip menjadi bangunan cagar budaya yang didirikan pada 1760 sebagai rumah perkebunan Gubernur Jenderal Reyner de Klerk. Pada abad ke-20, gedung ini dibeli oleh pemerintah Hindia Belanda dan dijadikan Arsip Nasional.

Tamalia Alisjahbana, selaku Ketua Yayasan Gedung Arsip Nasional, pada Sabtu, 24 Mei 2014, mengatakan, pada 1995, gedung ini dalam kondisi buruk dengan banjir setengah meter setiap musim hujan yang menyebabkan kerusakan pada banyak bagian bangunan.

Sekelompok orang Indonesia dan Belanda yang idealis mengumpulkan dana sekitar US$ 3 juta untuk memugar kembali Gedung Arsip. "Dana diperoleh dari pengusaha Belanda di Indonesia, dan pemugarannya menjadi hadiah ulang tahun kemerdekaan ke-50 dari bangsa Belanda ke Indonesia," katanya.

Pemugaran selesai pada 1998 sesuai standar pemugaran internasional Unesco. Dengan demikian, pada 2001, Gedung Arsip menjadi bangunan Indonesia pertama yang berhasil meraih juara 1 Unesco Cultural Heritage Award untuk seluruh Asia Pasifik.

Pada 1998, krisis politik dan ekonomi juga kerusuhan di Jalan Gajah Mada menjadi salah satu jalan menuju kerusakan paling besar waktu itu. Maka dikhawatirkan pemerintah tidak akan memiliki cukup dana untuk merawat Gedung Arsip dengan baik. (Baca: Hibah Gedung Arsip ke Museum Nasional dan Tekstil)

"Pemerintah mengizinkan sekelompok orang idealis mendirikan Yayasan Gedung Arsip Nasional yang merawat dan mengelola gedung selama lebih dari 13 tahun," kata Tamalia.

Selama 13 tahun pihak yayasan menanggung semua biaya operasional dan perawatan Gedung Arsip tanpa menerima Rp 1 pun dari pemerintah.

Aset negara ini oleh BPKP pada 2010 dinilai sebesar Rp 117 miliar sejak pemugaran pada 1998. Yayasan telah membayar PNBP kepada kas negara senilai Rp 2,1 miliar, dan Gedung Arsip menjadi satu-satunya bangunan milik pemerintah yang diasuransikan ke Kementerian Keuangan RI.

"Yayasan telah menambah koleksi perabot, senjata, kaca berwarna, peta antik senilai Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar," katanya mengenai gedung yang meraih penghargaan sebagai bangunan sejarah yang dipugar dengan baik ini.

EVIETA FADJAR

Berita Terpopuler

Tragedi Pesawat MH370 Akan Difilmkan 

Piyu Ragukan Jokowi-JK

Film Pertama Brunei di Cannes 2014

Disebut Bajingan, Quentin Tarantino Tetap Santai  

Source : https://id.berita.yahoo.com/perjalanan-gedung-arsip-nasional-hingga-kini-051258813.html